Thursday, March 27, 2008

Memahami bahasa serumpun melalui “board”









Pemahaman budaya bangsa lain akan memperbaiki saling pengertian antar bangsa. Di Indonesia ada pusat kebudayaan Jerman, Perancis, India dan lain-lain. Tetapi kenapa ya tidak ada pusat kebudayaan negara tetangga dekat? Akhir-akhir ini banyak terjadi komplain-komplain dari Indonesia tentang klaim-mengklaim hasil budaya bangsa. Seandainya ada pusat budaya Indonesia di Malaysia dan pusat budaya Malaysia di Indonesia, mungkin bisa mencegah hal-hal yang terjadi belakangan ini.

Salah satu hasil budaya manusia adalah bahasa. Bahasa Indonesia (BI) dan Bahasa Malaysia (BM) adalah dua bahasa yang berasal dari bahasa yang sama yaitu bahasa Melayu Riau. Karena peta politik yang berbeda, pada perkembangannya kedua bahasa tersebut menjadi semakin kelihatan perbedaanya. Kalau kita datang ke Malaysia pertama kali kita akan banyak menjumpai kata-kata yang sulit dimengerti. Mungkin karena perbedaan ini, maka Universitas di sini mewajiban pelajar asing, termasuk dari Indonesia mengambil mata kuliah BM tingkat dasar dan diwajibkan lulus. Namun pada kenyataannya, tanpa hadir kuliahpun mahasiswa-mahasiswa Indonesia bisa dipastikan lulus dengan nilai A. Mereka hanya cukup mengingat-ingat beberapa kata yang berbeda. Misal jangan sampai kita membuat kalimat menggunakan kata “sepeda” tetapi diganti dengan “basikal”. Jangan sampai pula menulis “delapan” yang benar adalah “lapan”. Demikian juga hindari menulis “kemarin” melainkan “kelmarin”. Sedangkan kata “kaos kaki” harus diganti dengan kata “setoking”. Bulan “Desember” dalam BI, ditulis “Disember” dalam BM, dan sebagainya. Dapat nilai A tanpa kuliah ini dengan catatan pelajar tersebut sudah tinggal di negri jiran ini beberapa waktu, sudah berinteraksi dengan orang Malaysia. Kalau orang Indonesia datang ke malaysia langsung ikut ujian, meski tingkat dasar, saya rasa susah juga mendapat nilai A. Akan gejeglong dan kesandung dengan perbedaan-perbedaan yang ada.

Sebagai gambaran lagi tentang perbedaan perkembangan bahasa ini, kalau ada judul berita dalam sebuah surat kabar “Sekumpulan mak rempit mengugut seorang pondan”. Apakah para Kokiers paham artinya? Ini quis lho..Coba tebak dulu ya sebelum membaca kuncinya di bagian bawah…!

Beberapa foto “board” ini saya ambil sebagai gambaran betapa peta politik sangat mempengaruhi perkembangan 2 bahasa yang berasal dari bahasa yang sama. Dari situ kita bisa belajar bahasa serumpun ini.

Penunggang, tidak hanya kuda tapi motor (motosikal) pun ditunggangi.

Sedangkan topi keledar dalm BI helem. (foto 1).

Yang ini mudah ditebak maknanya meski berbeda cara dalam penggunaan kata. Pengurusan dalam BM maksudnya menejemen dalam BI. Kebenaran di sini bukan truth (Inggris), tapi bermakna ijin. (foto 2).

Kalau Khidmad di sini maksudnya bukan hikmah yang dalam BI bermakna kurang lebih bijaksana, tapi khidmad ini bermakna pelayanan. Kata ahli mungkin akan dipahami sebagai pakar dalam BI, tapi ini maksudnya anggota (member). (foto 3)

Insuran, dari bunyinya sudah pasti bermakna asuransi. Asuransi nyawa, rasanya kok lebih enak dirasakan kalau asuransi jiwa ya.. (foto 4).

Akademi persolekan, kok terkesan genit ya..? (foto 5).

Nah kalau yang ini saya tidak tahu Bahasa Indonesia-nya. (foto 6).

Demikian sharing dari saya, salam untuk kokiers di seluruh penjuru bumi.

(Kunci quis: mak rempit = geng motor, mengugut = mengancam, pondan = waria.)

2 comments:

antyo rentjoko said...

saya mau belajar di akademi persolekan:)

soalnya di kuwageyan ndak ada :D

regeandra said...

selama ini saya hanya tau bahasa melayu kalo pas nonton astro, terutama acara tv Kampung Boy. ternyata masih banyak bahasa yang aneh di telinga ya...?
yang penting tetap berseronok deh..